Salju Terakhir Khatulistiwa

Indonesia merupakan salah satu negara terindah di dunia. Oleh karena itu Indonesia menduduki peringkat ke 6 dunia versi Rough Guides (Situs Penyedia Panduan Berwisata) pada senin 1 April 2019 dan Indonesia unggul dari negara-negara besar seperti Inggris, Islandia, AS, Slovenia, Meksiko, India, hingga Switzerland. Ini bukan pencapaian tetapi sebuah penegasan betapa kayanya Pariwisata Indonesia.

Salah satu kekayaan pariwisata Indonesia yang indah berada di pulau Papua. Siapa yang tidak mengenal Puncak Jaya Wijaya, gunung es yang terdapat di iklim tropis. Sungguh unik bukan?
Menurut sejarah, dahulu puncak ini bernama Cartensz Pyramid, pemberian nama tersebut untuk menghormati orang yang menemukan gunung es ini pada tahun 1623. Kala itu, ia dianggap pembohong karena mengaku pernah melihat gunung tertutup salju dikawasan tropis Indonesia.

Hingga 300 tahun kemudian omongan Cartensz terbukti bahwa Puncak JayaWijaya itu memiliki es yang mempunyai ketinggian 4888 M dan disekitarnya terdapat gletser. Gletser sendiri adalah sebuah bongkahan es yang besar terbentuk diatas permukaan tanah yang merupakan akumulasi endapan salju yang membatu selama kurun waktu geologi. Namun kemungkinan besar gletser dan salju tersebut akan lenyap akibat pemanasan global.

Laporan BMKG yang diterbitkan pada tahun 2016 "Lapisan salju gunung Jaya Wijaya akan mencair sepenuhnya ditahun 2022 mendatang. Laporan ini merujuk pada catatan pengukuran salju. Pada tahun 2010 ketebalan es mencapai 31, 49 M, ditahun 2015 ketebalan salju menipis hingga 26,23 M. Di tahun 2016 ketebalan semakin menipis hingga 20,54 M. Di tahun 2017 dan 2018 tidak dilakukan pemantauan karena cuaca yang tidak mendukung dan alasan keamanan. Namun pemantauan bisa dilakukan dengan mengukur cuaca sehingga es pada puncak Jaya Wijaya diprediksi akan menghilang pada tahun 2025.

Mendengar itu, kita pasti sangat sedih karena ditahun berikutnya kita tidak dapat lagi menikmati keindahan salju Puncak Jaya Wijaya tersebut. Terlebih pemanasan global membuat suhu bumi semakin panas dan es yang ada didunia menjadi mencair. Pemanasan global ini terjadi karena penggunaan bahan bakar fosil yang dilakukan oleh manusia. Untuk menanggulangi hal tersebut seharusnya kita bekerjasama dan berkomitmen menghemat bahan bakar fosil dam beralih dengan bahan bakar terbarukan.

Istilah ini merupakan konsep sebagai upaya untuk mengimbangi bahan energi berbahan nuklir dan fosil yang dikenal pada tahun 1970an. Energi terbarukan ini berasal dari proses alam yang berkelanjutan, seperti tenaga surya, tanaga angin, tenaga air, proses biologi dan energi panas bumi.
Di Indonesia sendiri penggunaan energi ini mulai berkembang dari tahun ketahun nya.
Namun upaya itu sia-sia jika masyarakat Indonesia kurang memiliki kesadaran untuk menjaga kekayaan yang dimiliki Indonesia.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan jenis sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah organik yang mencapai sekitar 60 persen dan sampah plastik yang mencapai 15 persen. Berdasarkan data The World Bank tahun 2018, 87 kota di pesisir Indonesia memberikan kontribusi sampah ke laut diperkirakan sekitar 1, 27 juta ton. Dengan komposisi sampah plastik mencapai 9 juta ton dan diperkirakan sekitar 3,2 juta ton adalah sedotan plastik.

Ini adalah sesuatu yang perlu penanganan segera. Jika tidak, Bisa saja prediksi BMKG benar bahwa 2025 salju di Puncak Jaya Wijaya akan hilang ditambah jumlah sampah yang berton-ton banyaknya akan terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Sehingga Juara sebagai Negara Terindah tidak bisa kita capai lagi dan anak cucu kita tidak akan menikmati keindahan Indonesia tercinta ini.

Oleh karena itu mari kita menjaga kekayaan alam yang kita miliki ini. Salah satu caranya dengan menerapkan pola hidup Zero Waste "Nol Sampah". Apa sih Zero Waste itu?
blog selanjutnya akan mengupas tuntas apa itu Zero Waste.

Organisasi saya yaitu PD IPM BARRU saat ini menggagas gerakan ini dengan membuat Komunitas Zero Waste (KZW). Sudah 3 Orang dari Daerah luar Kab. Barru yang bergabung menggalakaan gerakan ini yaitu Ipmawati Azmi dari PD IPM Bulukumba dan Ipmawan Syawal dari PD IPM Kab. Pangkep. Mungkin ini terlihat tidak mungkin.Tetapi itu bisa menjadi mungkin jika usaha kita maksimal dan tentunya niat kita samata-mata karena Allah Subhana Wataala..

Nantikan Blog selanjutnya..
terimakasih telah membaca :)
silakan komen dan share :)


salam hangat
Syahriani Syam




0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama